Vitamin D
disebut juga ‘Vitamin Sinar Matahari’. Hal ini di karenakan bahwa setelah terkena sinar matahari maka kulit akan mensintesa substan yang ada didalamnya dan merubahnya menjadi Vitamin D. Vitamin D sangat penting bagi kelangsungan metabolisme tubuh. Karena vitamin D bertindak seperti hormon yang akan membantu tubuh menyerap, menggunakan dan mengatur jumlah kalsium dalam darah. Jika tubuh tidak mendapat cukup vitamin D, maka akan meningkatkan resiko terserang penyakit Osteoporosis atau penyakit lemah tulang seperti Osteomalasia dan Osteopenia. Vitamin D juga punya peranan penting dalam membantu sistem kekebalan tubuh, kerja saraf dan fungsi otot.
Bagaimanakah Sinar matahari dapat menghasilkan Vitamin D pada kulit?
Pasti anda pernah terpikirkan pertanyaan seperti itu. Prosesnya begini, Ketika kulit Anda terkena sinar UVB dari sinar matahari, maka substan yang ada di kulit, yang disebut 7-dehydrocholesterol (sejenis cholesterol) melalui serangkaian langkah biokimia akan berubah menjadi Cholecalciferol. Kemudian Cholecalciferol yang dihasilkan dikonversikan ke Calcifediol, yang juga disebut 25-hidroksivitamin D3. 25-hidroksivitamin D3 inilah yang selama ini di kenal sebagai Vitamin D yang bentuk aktifnya adalah Calcitriol. Calcitriol adalah bentuk aktif vitamin D yang dihasilkan dari perubahan Calcifediol.
Jika kulit dengan bantuan sinar matahari (Sunlight) dapat bersintesa dan menghasilkan vitamin D, maka besar kemungkinan kita tidak perlu lagi asupan vitamin D dari luar, begitukan logikanya? Seharusnya seperti itu. Namun pada realitanya, tubuh kita masih membutuhkan asupan vitamin D dari makanan yang kita makan. Baik dalam bentuk vitamin D2 ataupun Vitamin D3. Lalu apakah perbedaan antara Vitamin D2 dan D3? Untuk menemukan jawabanya silahkan lanjutkan bacaan Anda pada entry berjudul Perbedaan antara Vitamin D2 dan D3